"hahahaha masa sih?" aku ga tahan untuk ga melirik sekilas ke Dewa, teman karateku, sambil tersipu malu.
"Iyaaaa, kalian tuh cocok banget. Dia lebih tinggi dari kamu, lagi. Kamu kan suka yang tinggi-tinggi hehe" Lea melanjutkan ocehannya, mencoba menjodoh2kan aku dengan si Dewa.
"Ya tapi kan kamu tau sendiri, dia anaknya aneeeeeh" Aku masih pura-pura ga tertarik dengan ide Lea. Padahal sih sebenarnya benar juga katanya, Dewa tipe aku banget. Yaaaa, mungkin emang ga seganteng mantan-mantan aku dulu yaa, tapi dia tinggi, pintar, pendiam (cool bangeeet), dan ga genit sama cewe. Ditambah lagi dia lagi jomblo dan kayanya sih belum pernah pacaran. Tipe aku bangeeeet!
"Hmmmm, ya kalau bukan Dewa, siapa lagi yaaa? Angkatan kita udah ga ada yang oke lagi, Da!"
Aku tertawa sendiri kalau mengingat kejadian itu. Berapa tahun yang lalu ya? Mungkin sekitar 3 tahun yang lalu, pertengahan 2008, saat aku dan Lea masih aktif di club karate kampus. Saat itu, kita memang sedang sama-sama single dan topik obrolan kita pun ga jauh-jauh dari cowok atau gebetan. Lea sedang menyukai seorang kakak kelasnya di club hiking. Dan aku, masih belum suka siapa-siapa. Karena itulah, Lea semangat sekali mencarikan aku cowok untuk digebet. Dewa salah satu korbannya. Dia teman seangkatan kita, sering sekelas, tapi jarang main bareng. Dia pendiam sekali, kalau istilah yang kita pakai, dia itu ansos, anti sosial. Dia juga jomblo, ga punya pacar dan sepertinya sih ga sedang mengejar cewek untuk dijadikan pacar. Intinya, dia korban yang tepat untuk digebet.
"Leeeeaa, kok kamu sekarang jarang dateng karate sih?" Hari itu seperti biasa aku sedang main-main ke rumah Lea, belajar buat exam (ehem!)
"Aku males Daaa, cape... apalagi kalau si Hadi dateng. Hehehe" Ya, memang saat itu si Lea finally sudah ga jomblo lagi. Cowonya anak cyber, namanya Hadi. Sekarang mereka LDR, Melaka-Cyber, jadi kalau weekend mau ga mau si Lea sibuk, pacaran.
"Ntar aku sparring sama siapaaa?" Aku masih mencoba Lea untuk balik latihan
"Sama Dewa laaaaah hehehe" Mulai lagi.
"Hahaha" Aku cuma bisa bisa ikut tertawa.
Jujur aja, aku memang sudah mulai menyukai Dewa saat itu. Tapi perasaan itu masih kusimpan sendiri, teman-temanku belum ada yang tahu.
"Iyaaaa, kalian tuh cocok banget. Dia lebih tinggi dari kamu, lagi. Kamu kan suka yang tinggi-tinggi hehe" Lea melanjutkan ocehannya, mencoba menjodoh2kan aku dengan si Dewa.
"Ya tapi kan kamu tau sendiri, dia anaknya aneeeeeh" Aku masih pura-pura ga tertarik dengan ide Lea. Padahal sih sebenarnya benar juga katanya, Dewa tipe aku banget. Yaaaa, mungkin emang ga seganteng mantan-mantan aku dulu yaa, tapi dia tinggi, pintar, pendiam (cool bangeeet), dan ga genit sama cewe. Ditambah lagi dia lagi jomblo dan kayanya sih belum pernah pacaran. Tipe aku bangeeeet!
"Hmmmm, ya kalau bukan Dewa, siapa lagi yaaa? Angkatan kita udah ga ada yang oke lagi, Da!"
Aku tertawa sendiri kalau mengingat kejadian itu. Berapa tahun yang lalu ya? Mungkin sekitar 3 tahun yang lalu, pertengahan 2008, saat aku dan Lea masih aktif di club karate kampus. Saat itu, kita memang sedang sama-sama single dan topik obrolan kita pun ga jauh-jauh dari cowok atau gebetan. Lea sedang menyukai seorang kakak kelasnya di club hiking. Dan aku, masih belum suka siapa-siapa. Karena itulah, Lea semangat sekali mencarikan aku cowok untuk digebet. Dewa salah satu korbannya. Dia teman seangkatan kita, sering sekelas, tapi jarang main bareng. Dia pendiam sekali, kalau istilah yang kita pakai, dia itu ansos, anti sosial. Dia juga jomblo, ga punya pacar dan sepertinya sih ga sedang mengejar cewek untuk dijadikan pacar. Intinya, dia korban yang tepat untuk digebet.
"Leeeeaa, kok kamu sekarang jarang dateng karate sih?" Hari itu seperti biasa aku sedang main-main ke rumah Lea, belajar buat exam (ehem!)
"Aku males Daaa, cape... apalagi kalau si Hadi dateng. Hehehe" Ya, memang saat itu si Lea finally sudah ga jomblo lagi. Cowonya anak cyber, namanya Hadi. Sekarang mereka LDR, Melaka-Cyber, jadi kalau weekend mau ga mau si Lea sibuk, pacaran.
"Ntar aku sparring sama siapaaa?" Aku masih mencoba Lea untuk balik latihan
"Sama Dewa laaaaah hehehe" Mulai lagi.
"Hahaha" Aku cuma bisa bisa ikut tertawa.
Jujur aja, aku memang sudah mulai menyukai Dewa saat itu. Tapi perasaan itu masih kusimpan sendiri, teman-temanku belum ada yang tahu.