snippet from Hujan
Hujan
Mengamatimu dikala hujan,
Aku terpaku saat aku melihat dirimu begitu indah. Berdiri diantara kerumunan orang, kau nampak begitu istimewa. Dalam wanginya hujan, aku memandangimu. Memandangi seperti mengamati benda antik. Tak ada kata terucap ditengah keriuhan ini. Aku bisa menyembunyikan sumber suara yang menggema di setiap sudut ruang ini.
Suara air hujan yang turun membasahi bumi terdengar indah hingga di sanubari hatiku. Aku mengamati punggungmu yang diam tak bergeming. Punggungmu yang memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Hanya aku yang merasakan kilauan itu kini membias tubuhku. Aku merasakan getaran bagaikan lagit yang hendak berbelah.
Cahaya emasa yang menghunjam pada diriku kini dapat kumengerti hadirnya. Aku merasakan ketulusan yang begitu agung. Begitu indah hingga tak ada yang terangkai. Senyap. Aku mulai mengetahui maksud adanya dirimu. Dirimu yang begitu abstrak jika digambarkan. Namun sangat mudah untuk dirasakan kehadiranmu.
Dingin yang menyerbak dan mulai menyelimuti setiap tulang yang berkerangka ini. Tak ada penghangat kali ini, aku benar-benar merasakan dingin yang menusuk. Aku bergerak mendekatimu. Memandangmu lebih dekat. Mengamati punggungmu lebih seksama. Banyak butir emas yang berkilauan. Kutadahkan tanganku, namun butir emas itu menghilang ketika jatuh dalam jangkauanku. Aku berkilah bahwa butir emas itu mungkin saja meresap ke sela-sela kulitnya.
Namun, aku merasakan suasana yang begitu hangat didekatnya. Aku mencondongkan lebih dalam tubuhku. Hangat. Sangat hangat hingga aku tak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Aku akan terus membututinya. Kehangatan ini luar biasa. Dapat kurasakan walaupun hanya berada 5 meter saja dariku.
Punggungya kini dapat kulihat lebih dalam. Punggung menawan bagaikan seorang dewa dari surga. Mungkin saja punggung itu adalah hadiah yang dititiskan dari surga. Hanya punggung miliknya yang mengeluarkan cahaya emas yang terlihat magis. Cahaya emas yang terus berpendar itu akan menarik setiap perhatian orang jika mampu melihatnya.
Tetapi, mengapa aku saja yang dapat melihat cahaya emas itu. Bukankah, aku ini hanya gadis biasa yang penghlihatannya biasa saja. Apa yang membuat diriku sehingga dapat menyaksikan indahnya kilauan cahaya emas itu. Apakah aku mempunyai suatu keahlian khusus.
Semakin aku mencari tahu bagaimana menjawab setiap butir pertanyaanku. Itu semua sia-sia kerena tak ada jawabnya. Aku terus mencari jawaban itu hinggu langit kering. Aku terus mencari jawaban itu sampai dirimu benar-benar lenyap dari muka bumi. Namun, aku menyadari bahwa dirimu abadi. Tak ada yang bisa menghakimimu untuk meninggalkan tempat ini. Punggungmu akan terus berpendar cahaya kemilau dan aku merasakan kehangatan dari setiap butir cahayanya.



1

Is the story over... or just beginning?

you may politely request that the author write another page by clicking the button below...


This author has released some other pages from Hujan:

1  


Some friendly and constructive comments